Happy birthday, MOM!

pegasus_large_t_1581_106756086Hari ini adalah ulang tahun ibuku. Hari ini adalah hari kebahagiaan baginya dan bagiku. Aku berjanji pada diriku sendiri untuk tidak membuatnya kesal maupun sedih hari ini. Aku tak tidur menunggu jam 00.00 tiba. Dan sekarang sudah tiba. Tanggal di pc-ku berubah menjadi 11 April. Yey, ibuku ulang tahun!

Aku berlari menyusuri lorong di rumahku, masuk ke dalam kamar orang tuaku dan mendapati ibuku sedang tertidur. Huft.. sayang sekali. Maka, aku pun menunggunya terbangun. Biasanya ia akan terbangun pada tengah malam. Beberapa menit kemudian, dia terbangun. Aku pun langsung menyambutnya dengan senyuman yang tak dapat kutahan lagi. Aku langsung menarik tangannya dan memeluknya. Dia membalas pelukanku. Hangat. Nyaman rasanya. Aku mencium punggung tangannya dan mengucapkan selamat ulang tahun sambil terus tersenyum. Dia pun membalas senyumanku dan mengucapkan terima kasih. Aku berjanji padanya untuk tidak nakal hari ini. Dia berharap aku tak nakal untuk hari ini dan seterusnya.

Pagi harinya aku berangkat sekolah. Aku tak membuatnya sedih. Aku tersenyum sepanjang hari sampai pulang sekolah. Rumahku padam listrik. Dia sedang menelpon seseorang. Hmm, aku tak terlalu peduli soal itu dan langsung mencium tangannya.

Beberapa jam kemudian, listrik di rumahku menyala. Dia pun buru-buru menyalakan air dan mencuci. Aku mendekatinya dan menawarkan bantuan untuk membantunya. Dia menyuruhku untuk mencuci piring. Namun kemudian, dia mengatakan suatu hal yang benar benar tak ingin kudengar hari ini.

“Hari ini, ibu benar-benar sedih.”

Sakit. Perih rasanya hatiku setelah mendengar kalimat itu. Mengapa, bu? Mengapa ibu bersedih? Bukankah aku menjadi anak yang baik hari ini? Lalu, mengapa ibu bersedih? Aku pun mencari tahu alasannya setelah melakukan pekerjaanku. Ku cek hp-nya. Disana terdapat beberapa sms yang ternyata berasal dari saudaranya. Aku pun membacanya dan disana tertulis kabar buruk yang membuat ibuku sedih. Aku pun langsung menghapus sms itu dan menyuruh “temanku” untuk mencari dan menghilangkan orang itu. Aku tersenyum setelah itu.

Namun, meskipun hal itu sudah kulakukan, ibuku masih tak tersenyum. Kenapa, bu? Aku pun melihat ke sekitar. Adikku nakal sekali. Aku benar benar tak akan tahan jika menjadi ibu. Maka, saat mereka sedang bermain air, ku tenggelamkan mereka semua dalam bak mandi. Suasana menjadi lebih hening. Sunyi. Tanpa tawa anak-anak lagi. Kini hatiku sudah menjadi lebih tenang karena hal yang membuat ibuku sedih sudah tiada.

Tapi.. meskipun itu sudah kulakukan juga, ibuku masih bersedih. Raut wajahnya masih tertekuk, sedih sekali. Hal itu sangat menyiksaku. Aku pun memberanikan diri untuk bertanya padanya.
“Ibu, tadi ibu bilang ibu sedih hari ini padahal hari ini ulang tahunmu. Ada apa, bu?” tanyaku lembut.

Ibuku tak langsung menjawab, dia menutup wajahnya, kemudian berkata, “Ayahmu.. dia lupa hari ulang tahun ibu..”

Ibu menangis.

Sakit sekali rasanya melihat ibu menangis. Aku benar-benar marah melihat ibuku menangis apalagi di hari ulang tahunnya. Maka, kuambil pisau dari dapur kemudian pergi menuju garasi tempat ayahku sedang memperbaiki motornya. Aku pun langsung menusuknya dari belakang, kutusuk dia berkali-kali hingga aku yakin bahwa orang yang membuat ibuku bersedih itu sudah tiada.

Aku pun kembali, masih dengan pisau di tanganku, masih dengan baju yang berlumuran darah ayahku, aku mendatangi ibuku yang sedang menjemur pakaian dan berbicara dengan nada gembira dihiasi oleh senyuman di wajahku, “Ibu! Ayah telah tiada. Beritahu aku apalagi yang membuatmu sedih? Aku akan menghilangkannya demi ibu!”

Ibuku terkejut dan kemudian terjatuh karena lemas, dia menatapku, aku heran.. mengapa reaksinya begitu? Bukankah seharusnya dia tersenyum dan memelukku sambil berkata, “Anak pintar! Ibu bangga padamu!” ?

Dia pun berdiri kemudian menghujaniku dengan beribu kutukan. Kenapa bu? Kenapa ibu malah tega berkata seperti itu kepadaku? Aku telah menghapus kesedihan dari hidupmu, tapi mengapa ibu malah mengutukku? Kurangkah hadiahku hari ini? Kemudian, kudengar ibu berkata, “Lebih baik ibu mati saja! Kau.. dasar iblis!”

.. ohh. Maafkan aku, ibu. Aku tidak peka. Seharusnya aku membunuhmu dari awal. Namun, aku tak tahu apa yang ibu mau hari ini. Aku pun berdiri, menghampiri ibuku. Ibuku pun langsung menyuruhku pergi dan melempariku dengan segala macam benda yang ada di sekitarnya, namun aku tak memperdulikannya. Aku akan memberikan ibuku hadiah terindah dalam hidupnya. Aku langsung menusuk ibuku tepat di tenggorokannya. Dia terkejut dan tak melawan sama sekali. Kain putih yang dijemur ibu berubah menjadi warna merah. Kulihat ibuku tersedak oleh darahnya sendiri dan kemudian berhenti bergerak. Ibu sudah tiada.

Dia telah mendapatkan hadiahnya. Aku pun langsung mendekatinya dan duduk di sebelahnya. Aku memeluk ibuku, namun ibu tak membalas pelukanku seperti pagi hari itu.
Selamat ulang tahun, bu! Sekarang ibu telah bahagia untuk selamanya.

-end-

Tinggalkan komentar